Manusia ingin hidup disurga. Siapa yang tak ingin hidup disurga, semua
ingin hidup disurga. Keinginan ini yang
mendorong manusia berupaya menyempurnakan pola hidupnya, menyempurnakan
organisasi kehidupan masyarakatnya, termasuk menyempurnakan peralatan atau
teknologi hidupnya agar teknologi membuat manusia hidup senyaman dan senikmat
di surga. Semua selalu ada, selalu
tersedia selalu terlayani. Inilah pendorong
perubahankebudayaan sejati.
Manusia tak akan berubah bila
manusia tak mau merubahnya, demikian nasehat Al Qur’an kepada ummat
manusia. Dan karena itu pula, Al Qur’an
memerintahkan agar setiap orang untuk berjalan-jalan dimuka bumi, untuk saling
belajar, untuk saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, ilmu sastra, logika
dll, sehingga bukan saja kedamaian tetapi perubahan kearah kemajuan bersama secara
lebih adil dan merakyat.
Hasil peradaban manusia yang
telah berlangsung ribuan tahun tetap saja dianggap belum memenuhi kebutuhan dan
tantangan zamannya pada generasi terkini, sehingga, mereka tetap tak puas dan
ingin lebih sempurna lagi. Karena itu riset
terhadap teknologi baru, tatanan nilai dan norma baru, standar etika baru,
standar hubungan sosial baru, dll terus dilakukan.
1. Terjadinya
akulturasi. Akulturasi adalah
percampuran dua kebudayaan atau lebih untuk membentuk kebudayaan baru yang
lebih maju, tetapi, unsure-unsur kebudayaan lama masih tetap
dipertahankan. Akulturasi dapat terjadi
ketika terjadi migrasi penduduk dari suatu daerah kedaerah lainnya. Migrasi memungkinkan terjadinya pertemuan
budaya. Pertemuan budaya memunculkan
proses saling belajar, sehingga terjadi pertukaran budaya. Melalui pertukaran
budaya terjadi akulturasi budaya.
Masyarakat saling belajar kelebihan dan kekurangan dari budaya lain dan
secara natural mereka menyerap berbagai kelebihan budaya baru dan meninggalkan
budaya lamanya yang dianggap sudah tidak cocok lagi dengan pola piker, pola
hidup dan perkembangan zaman.
2. Asimilasi. Asimilasi adalah Proses percampuran dua
kebudayaan atau lebih yang membentuk kebudayaan baru. Dalam masyarakat yang telah terasimilasi,
perbedaan-perbedaan kebudayaan didalam masyarakat hampir hilang dan masyarakat
dapat mentoleransi semua perbedaan yang ada.
Proses asimilasi sangat mudah terjadi bila toleransi sangat kuat didalam
kedua masyarakat yang bertemu, kesamaan tingkat ekonomi, tetapi bila masyarakat
salah satu sangat ekspansiv dan rakus serta ingin menguasai masyarakat lainnya,
maka, asimilasi akan gagal. Asimilasi
dapat terjadi bukan dengan sikap memaksakan kebudayaannya tetapi melalui sikap
simpati terhadap kebudayaan lain.
Kedekatan sebagai produk simpati terhadap kebudayaan lain mendorong
terjadi perkawinan antar masyarakat dan melalui perkawinan ini maka asimilasi
menjadi semakin kuat menyatu, sehingga muncul kata “ kita sekeluarga “ bukan kata “ Mereka orang asing” dan “ kita berbeda“.
3. Difusi
. Migrasi bukan hanya pada manusia-manusianya, tetapi juga melalui migrasi
terbawa juga dan menyebar berbagai unsure – unsure kebudayaan lain kedalam
suatu masyarakat. Unsur – unsure
kebudayaan lain menyebar dari individu ke individu melalui proses saling belajar yang terus
menerus melalui pergaulan sehari – hari.
Misalnya, di Indonesia, tak mengenal
teknik membuat patung dari batu, tetapi setelah kenal kebudayaan India
yang dibawa para pendatang India, maka bangsa Indonesia mengenal teknik membuat
patung dari batu andesit.
4. Inovasi. Inovasi secara definitive adalah proses
perubahan unsur- unsure kebudayaan baru hasil pengembangan unsure-unsur
kebudayaan lama. Inovasi dilakukan untuk
menyempurnakan unsure kebudayaan lama agar lebih sesuai dengan tantangan zaman
dan memenuhi kebutuhan saat itu. Inovasi
dilakukan karena adanya kelemahan dalam unsure kebudayaan lama.
Contoh ditahun
sebelum 1980an penggunaan kerbau untuk bertani masih bisa digunakan, tetapi,
ketika mencari rumput untuk makanan kerbau kian sulit, maka petani memilih
traktor untuk membajak tanahnya. Traktor
adalah modifikasi mesin diesel yang umumnya untuk mobil dan pabrik tetapi
dengan tambahan komponen tertentu digunakan untuk membajak sawah.
Sumber Pustaka :
1.
Idianto Muin. Sosiologi untuk SMA Kelas X.
Jakarta: Erlangga, 2013
2.
Suhardi dkk. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: Pusat Perbukuan,Depdiknas,2009
3.
Drs. Taufiqurrohman Dhohiri dkk. Sosiologi,
suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2007
4.
Siti Waridah dkk. Antropologi untuk SMU kelas 3.
Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
5.
Tim Antropologi.
Panduan Belajar antropologi. Jakarta: Yudhistira, 1997