2015/11/13

Perkawinan dalam masyarakat Sunda


Tradisi perkawinan antar suku di Indonesia berbeda-beda.  Dalam satu sukupun bila daerahnya berbeda maka tradisi perkawinannya juga bisa berbeda, walau secara garis besar banyak kesamaannya.  Demikian juga dalam tradisi perkawinan didaerah Suku Sunda.
Tradisi masyarakat Sunda tak lepas dari ajaran Islam.  Karena umumnya orang Sunda memeluk Islam, dan hamper tidak ada yang memeluk agama lain selain Islam.  Bila tidak Islampun mereka memeluk agama warisan nenek moyang yang sering disebut agama Sunda wiwitan, seperti yang dianut Orang Baduy, di daerah Leuwidamar.
Tradisi perkawinan dalam masyarakat Sunda merupakan akulturasi antara budaya Sunda dengan budaya dan ajaran Islam.  Dalam tradisi nenek moyang, penghormatan terhadap roh nenek moyang menjadi suatu keharusan , karena ada anggapan roh nenek moyang masih melindungi anggota keluarganya yang sudah meninggal dan dalam Islam juga dianjurkan untuk mendoakan orang yang meninggal.
Karena itu, ketika keturunannya akan melangsungkan pernikahan kerap mendatangi kuburan dan mendoakan serta menyiramkan air bunga kemakam, terkadang, bila pengetahuan islamnya kurang, mereka meminta doa dari orang yang telah dimakamkan dan dikuburannya.
Katika pesta perkawinan akan dilaksanakan, di kalangan masyarakat Sunda biasanya, orang yang dipercaya oleh keluarga yang hajat/mengadakan pesta perkawinan, menyediakan satu set makanan ( sesajen ), umumnya berisi telor asing, kopi hitam, rokok lisong ( kretek ), kue-kue, disimpan dibeberapa tempat, sebagai persembahan ke makhluk halus setempat agar tidak merusak jalannya acara, melalui orang yang kesurupan. Penempatan sesajen ( ancak ) dibeberapa tempat, misalnya area dapur ( tempat masak ), pendaringan ( tempat menyimpan makanan), sawah terdekat, jembatan, pohon besar yang dianggap ada penunggunya.
Tradisi perkwaninan masyarakat Sunda diawali biasanya oleh upaya menyelidiki calon pengantin. Keluarga pengantin laki-laki biasanya menyelidiki anak lelakinya ( perjaka ) berpacaran dengan gadis mana, anak siapa, tinggal dimana, dari keluarga baik atau dari keluarga tidak baik, kaya atau miskin, perilakunya dll.  Biasanya menggunakan orang kepercayaan yang hapal tempat tinggal dan kebiasaan keluarga si calon menantu perempuannya.
Keluarga perempuan , didalam masyarakat Sunda,juga biasa melakukan penyelidikan diam-diam terhadap identitas lengkap si calon mantu laki-lakinya, perilakunya, pendidikannya, keluarganya, pekerjaannya termasuk kemapanan ekonomi dll.  Laporan pihak ketiga menjadi bagian penting dalam menentukan keputusan persetujuannya.
Ketika si calon menantu laki-laki main kerumah, biasanya ayah atau ibu sicalon pengantin wanita akan mengajukan banyak pertanyaan tetapi dengan bahasa yang tidak langsung, melalui sindir sampir, dengan membandingkan pihak lain dan biasanya secara halus akan meminta supaya orangtua si laki-laki dating memberi kepastian.
Kedatangan keluarga pengantin laki – laki, dalam masyarakat Sunda,  biasanya diterima oleh keluarga inti si perempuan, termasuk memanggil tokoh masyarakat untuk menyaksikan dan menjadi saksi Tanya jawab formal tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dan setelah disampaikan maksud dan tujuannya diterima pihak perempuan melalui pidato jawaban yang isinya rasa bangga, rasa hormat, dan menerima lamaran pihak laki-laki.  Di zaman sekarang ditandai dengan acara tukar cincin. Acara ini ditutup dengan ramah tamah sambil menikmati makanan kecil dan makan berat hingga akhirnya pamit pulang.
Penentuan kepastian tanggal akan nikah dan hari pestanya biasanya diberikan beberapa hari kemudian dengan mempertimbangkan hitung-hitungan primbon, untuk mencari waktu dan jam yang baik, serta jalan mana yang akan dilalui hingga kerumah pengantin dan melaksanakan akan nikah dan pesta perkawinan. Ketika kedua keluarga sudah setuju, baru hari H nya dilaksnakan.
Ketika rombongan pengantin pria dating, dalam masyarakat Sunda, biasanya disambut dengan kalungan bunga , diiringi lengser ( penari adat ) dan dibawa ke area acara akad nikah, yang biasanya dekat pelaminan. Acara dilanjutkan dengan sambutan dan jawaban dari kedua belah pihak, yang isinya saling menitifkan anak agar diakui sebagai anak oleh mertuanya.
Penghulu dan amil dating, kedua belah pihak orangtua / wali ada, saksi ada, maka akad nikahpun dilaksanakan dan ditutup dengan doa.
Acara berikutnya, dalam masyarakat Sunda, yaitu saweran berupa lagu dan pantun nasehat yang dinyanyikan dengan logat lagu sunda.  Isinya nasehat-nasehat , doa-doa diselingi pelemparan uang recehan, beras, bunga.  Uang recehan logam biasanya menjadi rebutan anak-anak.  Pelemparan uang recehan sebagai symbol kemakmuran yang kelebihannya harus dibagikan untuk saudara, tetangga terutama untuk keluarga miskin dan yatim piatu.
Acara saweran selesai diteruskan dengan sungkeman ( mencium tangan sambil berjongkok dan meminta didoakan ) kesemua tetua keluarga kedua belah pihak.  Dilanjutkan ucapan selamat dari keluarga dekat dan para tamu undangan.
Pesta perkawianan dilanjutkan dengan kedua pengantin duduk dipelaminan untuk menerima salam dan ucapan selamat dari semua yang hadir dipesta perkawinan. Selesai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari

Dampak Covid 19 dibidang pendidikan