Tradisi perkawinan antar suku di Indonesia
berbeda-beda. Dalam satu sukupun bila
daerahnya berbeda maka tradisi perkawinannya juga bisa berbeda, walau secara
garis besar banyak kesamaannya. Demikian
juga dalam tradisi perkawinan didaerah Suku Sunda.
Tradisi masyarakat Sunda tak lepas dari ajaran
Islam. Karena umumnya orang Sunda
memeluk Islam, dan hamper tidak ada yang memeluk agama lain selain Islam. Bila tidak Islampun mereka memeluk agama
warisan nenek moyang yang sering disebut agama Sunda wiwitan, seperti yang
dianut Orang Baduy, di daerah Leuwidamar.
Tradisi perkawinan dalam masyarakat Sunda merupakan
akulturasi antara budaya Sunda dengan budaya dan ajaran Islam. Dalam tradisi nenek moyang, penghormatan
terhadap roh nenek moyang menjadi suatu keharusan , karena ada anggapan roh
nenek moyang masih melindungi anggota keluarganya yang sudah meninggal dan
dalam Islam juga dianjurkan untuk mendoakan orang yang meninggal.
Karena itu, ketika keturunannya akan melangsungkan
pernikahan kerap mendatangi kuburan dan mendoakan serta menyiramkan air bunga
kemakam, terkadang, bila pengetahuan islamnya kurang, mereka meminta doa dari
orang yang telah dimakamkan dan dikuburannya.
Katika pesta perkawinan akan dilaksanakan, di kalangan masyarakat Sunda biasanya,
orang yang dipercaya oleh keluarga yang hajat/mengadakan pesta perkawinan,
menyediakan satu set makanan ( sesajen ), umumnya berisi telor asing, kopi
hitam, rokok lisong ( kretek ), kue-kue, disimpan dibeberapa tempat, sebagai
persembahan ke makhluk halus setempat agar tidak merusak jalannya acara,
melalui orang yang kesurupan. Penempatan sesajen ( ancak ) dibeberapa tempat,
misalnya area dapur ( tempat masak ), pendaringan ( tempat menyimpan makanan),
sawah terdekat, jembatan, pohon besar yang dianggap ada penunggunya.
Tradisi perkwaninan masyarakat Sunda diawali biasanya oleh upaya
menyelidiki calon pengantin. Keluarga pengantin laki-laki biasanya menyelidiki
anak lelakinya ( perjaka ) berpacaran dengan gadis mana, anak siapa, tinggal
dimana, dari keluarga baik atau dari keluarga tidak baik, kaya atau miskin,
perilakunya dll. Biasanya menggunakan
orang kepercayaan yang hapal tempat tinggal dan kebiasaan keluarga si calon
menantu perempuannya.
Keluarga perempuan , didalam masyarakat Sunda,juga biasa melakukan penyelidikan
diam-diam terhadap identitas lengkap si calon mantu laki-lakinya, perilakunya,
pendidikannya, keluarganya, pekerjaannya termasuk kemapanan ekonomi dll. Laporan pihak ketiga menjadi bagian penting
dalam menentukan keputusan persetujuannya.
Ketika si calon menantu laki-laki main kerumah,
biasanya ayah atau ibu sicalon pengantin wanita akan mengajukan banyak
pertanyaan tetapi dengan bahasa yang tidak langsung, melalui sindir sampir,
dengan membandingkan pihak lain dan biasanya secara halus akan meminta supaya
orangtua si laki-laki dating memberi kepastian.
Kedatangan keluarga pengantin laki – laki, dalam masyarakat Sunda, biasanya diterima oleh keluarga inti si
perempuan, termasuk memanggil tokoh masyarakat untuk menyaksikan dan menjadi
saksi Tanya jawab formal tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dan
setelah disampaikan maksud dan tujuannya diterima pihak perempuan melalui
pidato jawaban yang isinya rasa bangga, rasa hormat, dan menerima lamaran pihak
laki-laki. Di zaman sekarang ditandai
dengan acara tukar cincin. Acara ini ditutup dengan ramah tamah sambil
menikmati makanan kecil dan makan berat hingga akhirnya pamit pulang.
Penentuan kepastian tanggal akan nikah dan hari
pestanya biasanya diberikan beberapa hari kemudian dengan mempertimbangkan
hitung-hitungan primbon, untuk mencari waktu dan jam yang baik, serta jalan
mana yang akan dilalui hingga kerumah pengantin dan melaksanakan akan nikah dan
pesta perkawinan. Ketika kedua keluarga sudah setuju, baru hari H nya
dilaksnakan.
Ketika rombongan pengantin pria dating, dalam masyarakat Sunda, biasanya
disambut dengan kalungan bunga , diiringi lengser ( penari adat ) dan dibawa ke
area acara akad nikah, yang biasanya dekat pelaminan. Acara dilanjutkan dengan
sambutan dan jawaban dari kedua belah pihak, yang isinya saling menitifkan anak
agar diakui sebagai anak oleh mertuanya.
Penghulu dan amil dating, kedua belah pihak orangtua /
wali ada, saksi ada, maka akad nikahpun dilaksanakan dan ditutup dengan doa.
Acara berikutnya, dalam masyarakat Sunda, yaitu saweran berupa lagu dan pantun
nasehat yang dinyanyikan dengan logat lagu sunda. Isinya nasehat-nasehat , doa-doa diselingi
pelemparan uang recehan, beras, bunga.
Uang recehan logam biasanya menjadi rebutan anak-anak. Pelemparan uang recehan sebagai symbol
kemakmuran yang kelebihannya harus dibagikan untuk saudara, tetangga terutama
untuk keluarga miskin dan yatim piatu.
Acara saweran selesai diteruskan dengan sungkeman (
mencium tangan sambil berjongkok dan meminta didoakan ) kesemua tetua keluarga kedua
belah pihak. Dilanjutkan ucapan selamat
dari keluarga dekat dan para tamu undangan.
Pesta perkawianan dilanjutkan dengan kedua pengantin
duduk dipelaminan untuk menerima salam dan ucapan selamat dari semua yang hadir
dipesta perkawinan. Selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari