2015/10/26

Memudarnya Norma Agama !

Media massa sering mengungkapkan banyak kasus pelecehan seksual, kasus criminal, kasus-kasus korupsi.  Reaksi masyarakatpun beragam.  Muncul pro kontra.  Tetapi, secara umum masyarakat tidak suka terhadap berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada dilingkungan dan di zamannya.
Munculnya perilaku menyimpang yang semakin massif sangat memprihatinkan semua lapisan masyarakat.  Para pelaku kerap berkilah sedang khilaf, sedang lupa.  Bahkan berargumen tidak tahu dengan nilai dan norma yang benar.
Dari kasus-kasus penyimpangan sosial, terjadinya kasus tersebut bukan sekedar akibat pergeseran nilai-nilai akibat adanya pembangunan, tetapi lebih merupakan factor sosialisasi nilai dan norma masyarakat yang sangat kurang.  Banyak orangtua yang kurang menanamkan pemahaman dan praktik nilai dan norma hidup yang benar kepada anak-anaknya. 
Banyak orangtua yang memberi contoh pelanggaran terhadap berbagai nilai dan norma masyarakat, misalnya norma perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang seharusnya  melalui akad nikah dan serangkaian upacara perkawinan terlebih dahulu.  Bukan berzina atau kumpul kebo, free sex atau bentuk perilaku binatang laiinya .  Sosialisasi norma-norma agama yang kurang dapat terjadi karena :
1.       Pemahaman orang tua yang dangkal terhadap ajaran agama yang dianutnya membuat orang tua tak bisa mensosialisasikan norma-norma agama ke anak keturunannya.  Sehingga, anak tidak tahu norma agama dan bentuk perilaku norma agama dalam kehidupan dirumahnya dan ditengah-tengah masyarakat.  Orangtua tak memberi contoh . Banyak orang tua tak mampu memberi argument yang pas tentang sebuah norma.
2.       Ideologi orang tua yang tidak merujuk kepada norma agama atau menganut ideology sekuler membuat norma agama tidak dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari.  Sikap tidak kritis terhadap ideology sekulernya membuat ia menganggap norma-norma agama sebagai hal yang menyimpang dari norma-norma ideology sekulernya. Sebagai contoh sholat merupakan kewajiban bagi penganut ideology islam, sholat berjamaah sangat baik bagi sebuah keluarga untuk mendekatkan psikologi sosial keluarga,  tetapi tak perlu sholat bagi penganut ideology sekuler.
3.       Lingkungan sosial yang rusak dapat menyebabkan sosialisasi norma-norma agama banyak mendapatkan hambatan, akibatnya Sosialisasi tidak berjalan optimal.  Nilai dan norma tak bisa disampaikan secara efektif.  Penguasaan nilai dan norma tidak optimal.  Anak kehilangan arah dan mencari kompensari diluar rumah kedalam perilaku yang menyimpang dari nilai dan norma yang dinut masyarakatnya. 
4.       Perubahan lingkungan politik.  Pergantian pemerintahan dapat menyebabkan lancar dan tidaknya sosialisasi norma-norma agama di Masyarakat.  Pada  kasus di Uni Sovyet ( sekarang Rusia ), mendirikan mesjid dan pengajaran norma-norma agama Islam di sekolah-sekolah Islam sangat dilarang, keberadaan sekolah Islampun dilarang, bahkan banyak mesjid dirubah jadi kandang sapi, jadi gudang dll.  Sehingga, proses sosialisasi norma-norma agama tidak dapat dilaksanakan secara sistematis dan disisi lain anak didoktrin oleh ajaran ideology komunisme yang normanya tidak sesuai dengan norma-norma Islam.  Di Negara-negara barat ( Inggris, Jerman )pelarangan, setidaknya hambatan-hambatan administrative masih terjadi dan mengurangi sosialisasi norma-norma agama. Kasus sebaliknya di Iran, setelah revolusi Islam, Negara berubah menjadi Negara Islam, maka melalui berbagai lembaga, khususnya lembaga –lembaga pendidikan,norma-norma islam disosialisasikan secara massif.
5.       Tidak adanya kemasan yang menarik dan event yang sesuai untuk banyak melakukan sosialisasi norma-norma agama. Kalaupun ada hanya selama bulan ramadhan. Kehidupan orangtua yang materialistic membuat sosialisasi norma-norma agama tidak maksimal. Sebaliknya,  budaya sekuler yang ditayangkan melalui media masa dan media sosial merajalela.   Kondisi ini membuat daya tarik norma-norma agama bagi generasi muda memudar.

Sumber Pustaka :
1.       Idianto Muin. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013
2.       Suhardi dkk. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,Depdiknas,2009

3.       Drs. Taufiqurrohman Dhohiri dkk. Sosiologi, suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komentari

Dampak Covid 19 dibidang pendidikan