2015/10/30

Nilai-Nilai Sosial

Sosiologi untuk Semua Nilai-Nilai Sosial Indonesia sebagai Negara pluralis tidak saja dengan beragam budaya, bahasa, kesenian, adat istiadat, tetapi juga kaya dengan berbagai nilai dan norma sosial didalam masyarakatnya. Sebuah kekayaan yang luar biasa dan warisan dari proses perjalanan panjang memperadabkan diri semua suku di Indonesia.
 Namun, kekayaan yang luar biasa ini menyimpan bom waktu sosial yang bila tak dikelola dengan baik akan menjadi sangat menghancurkan dan mengancam eksistensi bangsa Indonesia sebagai sebuah nation. Ada lebih 300 suku hidup di tanah air Indonesia. Mereka memproduksi kebudayaan masing-masing. Mereka membangun consensus-konsensus nilai dan norma untuk menciptakan keteraturan sosial didalam sukunya, bahkan dengan suku-suku disekitarnya. Musyawarah dan gotong royong menjadi dasar pembentukan nilai-nilai sosial yang mereka bangun dengan tujuan terciptanya masyarakat yang sejahtera, aman sentosa .
Perbedaan diantara system nilai membutuhkan tata kelola yang baik untuk menghindari konflik horizontal antar suku. Banyak kasus kerusuhan di Indonesia didasari perbedaan system nilai antar suku yang berbeda bahkan dalam suatu suku sendiri. Pemerintahan Orde Baru menekankan setiap pilihan hidup warga Negara Indonesia jangan sampai menimbulkan konflik suku, agama , ras dan antar golongan.
 Doktrin falsafah hidup berdasarkan Pancasila yang menekankan persatuan dalam keanekaragaman dilakukan secara massif dengan tujuan mencegah konflik nilai-nilai sosial antar suku, antar ras, antar golongan. Berikut ini adalah beberapa jenis nilai sosial, yaitu :
1. Nilai material, nilai material adalah nilai sebuah benda, masyarakat modern menghargainya dalam bentuk besaran nilai uangnya, dalam dollar , euro, rubel atau dalam rupiah. Contohnya sebuah Smartphone di hargai Rp. 5.000.000,-

2015/10/29

DISORGANISASI KELUARGA


Masyarakat kerap dikejutkan dengan trending topic berita media massa dan media sosial yang mengabarkan sebuah keluarga selebritis terkenal bercerai. Mereka menyangka pasangan suami istri ganteng cantik, kayaraya, harmonis, serasi, saling mencintai, akan menjadi pasangan yang awet sampai tua. Tetapi , masyarakat kemudian menjadi terperangah ketika, pasangan ideal, saling menyalahkan dan mengajukan perceraian kekantor pengadilan agama.
 Masyarakat kerap menganggap keluarga selebritis yang kaya, terkenal, ganteng-cantik sebagai sebuah wujud ideal awal sebuah kelurga bahagia. Lahirnya anak dari pasangan selebritis yang dianggap ideal menjadikan sebuah sample penghuni surga.
 Padahal , yang ideal , sebuah Keluarga bahagia terpancar dari komunikasi yang efektif, hubungan akrab antar anggotanya, saling menyayangi dan mencintai serta saling melindungi, yang diwarnai canda tawa, cahaya kebahagian dari seluruh anggotanya.
Keluarga merupakan satuan sosial laki-laki dan perempuan yang terikat perkawinan. Melalui perkawinan terbentuk keluarga baru. Melalui perkainan jalinan kasih, cinta dan saya ditautkan secara syah dan halal. Melalui perkawinan dua keluarga besar dibangun silaturahminya, persaudaraannya, ikatannya. Perkawinan merupakan sebuah ciri dari tingkat keberadaban dan keadaban manusia, yang membedakannya dari binatang. Karena binatang tak butuh upacara perkawinan untuk memiliki keturunan. Binatang tak memerlukan budaya kontrak legal formal secara religious atau akad nikah. Hanya manusia yang memiliki tradisi akad nikah dan rangkaian upacara pernikahan yang mempertemukan dan menjalinkan ikatan persaudaraan dua keluarga besar hingga lahir keturunan yang memperkuat dua keluarga besar, khususnya ikatan Suami dan Istri.
  Keluarga baru tersebut kemudian memiliki keturunan atau anak. Mereka membentuk keluarga inti. Keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan anak. Hadirnya seorang anak membuat sang suami dan sang istri menjadi Bapak dan Ibu bagi anaknya. Ada tanggungjawab baru,yang menjadi tugas suci kedua orangtua terhadap anaknya. Secara sosiologis Keluarga menjalankan fungsi penting bagi anak-anak , yaitu :
1. Mengajarkan dan mendidik dengan landasan nilai dan norma agama serta etika berperilaku di masyarakatnya. Anak sebagai ciptaan Tuhan yang ditipkan keorangtuanya membuat orangtua punya tanggung jawab suci menjadikan anaknya manusia religious dan lurus dijalan hidup yang didesain Sang Maha Pencipta.
2. Mengurus anak dari segi jasmani sehingga tumbuh sehat. Masa anak dalam kandungan, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak dan remaja, seorang anak membutuhkan bantuan orangtua untuk membesarkan fisiknya dan mampu bersaing dan mempertahankan dirinya dari berbagai ancaman yang dating kepadanya.
3. Mengubah anak-anak menjadi manusia yang mampu bermasyarakat dan hidup ditengah-tengah masyarakatnya dengan peran yang signifikan. Dengan diberi makan bergizi Anak tumbuh menjadi dewasa secara fisik. Tetapi, sebagai manusia ia tidak hanya harus besar tetapi juga memiliki kedewasaan sosial. Ia harus punya simpati dan empati terhadap lingkungan sosialnya. Ia harus memberi peran tertentu bagi peningkatan kualitas lingkungan sosialnya.
 Dalam hidup, diawal – awal perkawinan , sebuah pasangan pengantin terlihat yang saling mencintai, sangat harmonis, pasangan ideal, kemana-mana berdua dan selalu mesra. Tetapi, perjalanan waktu kerap menyatakan hidup tak selalu lurus, datang berbagai masalah, hadirnya orang ketiga, kehilangan pekerjaan, sakit dll datang , bahkan ketika” anak “ menjadi sumber masalah , anak menjadi penguji si pasangan ideal.
 Masalah yang datang bertubi-tubi memunculkan rasa frustasi, saling curiga, saling curiga, saling meremehkan, saling mencela, perang dingin,bosan terhadap pasangan nikah dan akhirnya muncullah retak-retak sikap, retak-retak komunikasi, cinta menurun, kasih sayang merosot tajam, anak terabaikan, perpecahan mengancam. Keluargapun mengalami disorganisasi. Ketika anak tumbuh dan makin berfikir, maka kehidupan orangtuanya menjadi potret besar yang terus selalu dilihat dan dibacanya, termasuk disorganisasi dalam keluarganya.
 Apalagi ketika perhatian dan komunikasi dari keduanya tak sesempurna yang diinginkannya, maka, konflik menjadi konflik segitiga dan bila tak ditangani maka perpecahan dalam bentuk perceraian manjadi solusi yang dibenci siapapun. Termasuk oleh keluarga inti tadi. Dan akhirnya sang anak menjadi korbannya.
 Sumber Pustaka :
1. Idianto Muin. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013
2. Suhardi dkk. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,Depdiknas,2009
3. Drs. Taufiqurrohman Dhohiri dkk. Sosiologi, suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2007
4. Siti Waridah dkk. Antropologi untuk SMU kelas 3. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
5. Asadullah Al Faruq. Ketika Keluarga tak seindah Surga. Solo: Al Kamil Publishing, 2013

2015/10/26

Memudarnya Norma Agama !

Media massa sering mengungkapkan banyak kasus pelecehan seksual, kasus criminal, kasus-kasus korupsi.  Reaksi masyarakatpun beragam.  Muncul pro kontra.  Tetapi, secara umum masyarakat tidak suka terhadap berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada dilingkungan dan di zamannya.
Munculnya perilaku menyimpang yang semakin massif sangat memprihatinkan semua lapisan masyarakat.  Para pelaku kerap berkilah sedang khilaf, sedang lupa.  Bahkan berargumen tidak tahu dengan nilai dan norma yang benar.
Dari kasus-kasus penyimpangan sosial, terjadinya kasus tersebut bukan sekedar akibat pergeseran nilai-nilai akibat adanya pembangunan, tetapi lebih merupakan factor sosialisasi nilai dan norma masyarakat yang sangat kurang.  Banyak orangtua yang kurang menanamkan pemahaman dan praktik nilai dan norma hidup yang benar kepada anak-anaknya. 
Banyak orangtua yang memberi contoh pelanggaran terhadap berbagai nilai dan norma masyarakat, misalnya norma perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang seharusnya  melalui akad nikah dan serangkaian upacara perkawinan terlebih dahulu.  Bukan berzina atau kumpul kebo, free sex atau bentuk perilaku binatang laiinya .  Sosialisasi norma-norma agama yang kurang dapat terjadi karena :
1.       Pemahaman orang tua yang dangkal terhadap ajaran agama yang dianutnya membuat orang tua tak bisa mensosialisasikan norma-norma agama ke anak keturunannya.  Sehingga, anak tidak tahu norma agama dan bentuk perilaku norma agama dalam kehidupan dirumahnya dan ditengah-tengah masyarakat.  Orangtua tak memberi contoh . Banyak orang tua tak mampu memberi argument yang pas tentang sebuah norma.
2.       Ideologi orang tua yang tidak merujuk kepada norma agama atau menganut ideology sekuler membuat norma agama tidak dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari.  Sikap tidak kritis terhadap ideology sekulernya membuat ia menganggap norma-norma agama sebagai hal yang menyimpang dari norma-norma ideology sekulernya. Sebagai contoh sholat merupakan kewajiban bagi penganut ideology islam, sholat berjamaah sangat baik bagi sebuah keluarga untuk mendekatkan psikologi sosial keluarga,  tetapi tak perlu sholat bagi penganut ideology sekuler.
3.       Lingkungan sosial yang rusak dapat menyebabkan sosialisasi norma-norma agama banyak mendapatkan hambatan, akibatnya Sosialisasi tidak berjalan optimal.  Nilai dan norma tak bisa disampaikan secara efektif.  Penguasaan nilai dan norma tidak optimal.  Anak kehilangan arah dan mencari kompensari diluar rumah kedalam perilaku yang menyimpang dari nilai dan norma yang dinut masyarakatnya. 
4.       Perubahan lingkungan politik.  Pergantian pemerintahan dapat menyebabkan lancar dan tidaknya sosialisasi norma-norma agama di Masyarakat.  Pada  kasus di Uni Sovyet ( sekarang Rusia ), mendirikan mesjid dan pengajaran norma-norma agama Islam di sekolah-sekolah Islam sangat dilarang, keberadaan sekolah Islampun dilarang, bahkan banyak mesjid dirubah jadi kandang sapi, jadi gudang dll.  Sehingga, proses sosialisasi norma-norma agama tidak dapat dilaksanakan secara sistematis dan disisi lain anak didoktrin oleh ajaran ideology komunisme yang normanya tidak sesuai dengan norma-norma Islam.  Di Negara-negara barat ( Inggris, Jerman )pelarangan, setidaknya hambatan-hambatan administrative masih terjadi dan mengurangi sosialisasi norma-norma agama. Kasus sebaliknya di Iran, setelah revolusi Islam, Negara berubah menjadi Negara Islam, maka melalui berbagai lembaga, khususnya lembaga –lembaga pendidikan,norma-norma islam disosialisasikan secara massif.
5.       Tidak adanya kemasan yang menarik dan event yang sesuai untuk banyak melakukan sosialisasi norma-norma agama. Kalaupun ada hanya selama bulan ramadhan. Kehidupan orangtua yang materialistic membuat sosialisasi norma-norma agama tidak maksimal. Sebaliknya,  budaya sekuler yang ditayangkan melalui media masa dan media sosial merajalela.   Kondisi ini membuat daya tarik norma-norma agama bagi generasi muda memudar.

Sumber Pustaka :
1.       Idianto Muin. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013
2.       Suhardi dkk. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,Depdiknas,2009

3.       Drs. Taufiqurrohman Dhohiri dkk. Sosiologi, suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2007

2015/10/22

Pergeseran Nilai

PERGESERAN NILAI

Negara dididirikan untuk mencapai tujuan bersama.  Semua warga Negara mengnginkan hidup aman tentram, makmur, selaras dan serasi satu dengan lainnya.  Dan untuk mencapai tujuan bersama dilakukanlah berbagai macam pembangunan  diberbagai bidang kebutuhan manusia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan dengan cara yang lebih cepat dan efisien serta dapat dilaksanakan dengan matang dan akurat maka digunakanlah ilmu pengetahuan dan teknologi.  Ilmu Pengetahuan dan teknologi dapat membantu menusia bekerja mencapai tujuaannya dengan cara yang paling masuk akal dan mudah diperbaiki serta mudah dikembangkan.
Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi atau disebut Modernisasi sebagai sebuah model pembangunan telah berhasil dan mengubah Negara-negara Eropa , Jepang, Taiwan, Hongkong, Korea Selatan menjadi Negara yang kaya, makmur dan sangat maju.  Jepang berubah dari Negara feudal dengan para rezim Daimyo didaerah serta Tenno di pusat menjadi Negara modern yang sangat mengagumkan.
Jepang di Asia, Inggris, Jerman, Perancis di Eropa menjadi model  pembangunan bagi Negara-negara Asia dan Afrika serta Amerika latin.
Belajar dari Negara-negara maju tersebut ,  kegiatan pembangunan membutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi, teknologi tepat guna dan canggih, serta  modal yang kuat.  Namun, Negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin bahkan Eropa Timur umumnya kedodoran di tiga modal dasar tersebut.

PERILAKU MENYIMPANG


Seorang anak usia 9 tahun diketemukan sudah menjadi mayat dalam bungkus kardus dan sebelum wafatnya mendapat perlakuan tidak pantas oleh pelaku.  Pemberitaan dimedia massa dan media sosial yang sangat massif membuat Masyarakat tersentak mendengar berita tersebut.  Makin tersentak lagi ketika kepolisian mengungkap kasus tersebut, ternyata pelaku bukan orang jauh, orang yang sudah dikenal dalam lingkungan keluarga korban. Pelaku adalah figure yang biasa melakukan perilaku menyimpang. <a href= pergeseran nilai ,  http://www.sosiologicikampek2.blogspot.com>pindah</a>.
Perilaku menyimpang didefinisikan sebagai bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang sehat , rasional dan berlaku didalam masyarakat yang normal .  Bentuk perilaku yang melanggar ajaran agama, dan dicap sebagai sebuah perbuatan dosa.

Banyak bentuk perilaku menyimpang yang ada dan terjadi di  masyarakat,tidak saja didalam masyarakat sekarang tetapi jauh sebelumnya, pada zaman para Nabi bentuk perilaku menyimpang sudah terjadi seperti manusia yang mengaku sebagai Tuhan, pola hidup homoseks, pola hidup lesbian, pola hidup heterosexual, merampok, maling, menipu, pelacuran, materialistic, konsumerisme, gangster, mafia, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dll.  Belum lagi penyimpangan yang berasal dari sifat manusia seperti iri, dengki, ria, sombong dll.

Perilaku menyimpang  terjadi disebabkan beberapa hal, diantaranya :

2015/10/12

Unsur Kebudayaan Universal


Sejak Adam as dan Siti Hawa diturunkan kemuka bumi oleh Allah swt, Sang Pencipta, maka dimulailah peradaban manusia. Dari generasi kegenarasi manusia membangun kebudayaannya. Berbagai system nilai , system norma, berbagai peralatan hidup diciptakan manusia. Bukan sekedar untuk kepentingan praktis dalam upaya pemenuhan kebutuhan mereka, tetapi, untuk menunjukkan tingkat kemajuan peradaban dan kebudayaan mereka. 
Tantangan hidup, persaingan hidup dan garis nasib mereka membawa mereka untuk menyebar keberbagai penjuru dunia. Mereka membentuk ras, etnis, klan, kelompok-kelompok sosial. Mereka membangun kebudayaan mereka sesuai kondisi lingkungan, sesuai tantangan dan sesuai dengan pengetahuan dan kecerdasan sumber daya manusia yang dimilikinya. Akibatnya, kebudayaan mereka menjadi tampak berbeda satu dengan lainnya. 
Alqur’an menganjurkan agar manusia berjalan-jalan dibumi untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Dalam konteks tersebut, tentu Alqur”an mengajarkan kepada ummat manusia untuk saling belajar kelebihan dan kekurangan satu dengan lainnya, untuk saling menyempurnakan kemanusiaannya. 
Dalam mempelajari kebudayaan dari ras, suku, klan, kelompok-kelompok sosial, terdapat 7 unsur universal yang selalu ada dalam kebudayaan mereka, yaitu :
 1. Sistem kepercayaan Sistem kepercayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat, dari masyarakat yang paling sederhana sakalipun. Bahkan manusia modern yang telah dilengkapi hidupnya dengan teknologi canggih tetap percaya terhadap adanya kekuatan luar biasa yang menciptakan dirinya dan alam semesta ini. Dari kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib penghuni laut, penunggu gunung, penghuni pohon besar dll hingga kepercayaan terhadap adanya Tuhan yang bersumber dari pemikiran nenek moyang mereka ( agama bumi ), atau kepercayaan terhadap adanya Tuhan yang berasal dari wahyu Tuhan, seperti agama Islam, Kristen, HinduBudha dll. 
2. Sistem organisasi sosial Organisasi sosial masyarakat berbeda-beda pada masyakat sederhana, menengah hingga yang pada masyarakat modern. Dalam kelompok-kelompok sosial kecil, selalu ada ketua suku, dukun atau tabib dan pemimpin upacara. Bahkan tiga posisi ini kerap dirangkap oleh satu orang. Pada masyarakat menengah seperti pada masyarakat pedesaan terdapat banyak organisasi. Setidaknya ada struktur organisasi Kelurahan atau desa, struktur organisasi Majlis taklim dll. Pada masyarakat modern, sebuah perusahaan multinasional memiliki oragniasasi sosial dengan banyak posisi elit, banyak posisi level menengah, banyak posisi keahlian dengan ribuan anggota, sehingga sangat kompleks sekali. 
3. Sistem bahasa. Bahasa dimiliki banyak ras dan suku bangsa, bahkan sebuah suku bukan hanya punya bahasa persukunya, tetapi bahasa sukunya dibagi kedalam banyak dialek sesuai daerahnya. Di Jawa barat, secara umum menggunakan bahasa Sunda, tetapi bahasa Sunda orang Karawang akan berbeda dengan cara pengucapan bahasa sunda orang Bogor, Orang Banten, Orang Bandung, Cianjur dll. 
4. System mata pencaharin Mata pencaharian paling tradisional adalah berburu dan meramu, kemudian berladang, kemudian muncul lagi profesi perundagian atau manufaktur, akhirnya sesuai dengan kemajuan peradaban manusia muncul ribuan pekerjaan baru yang menjadi sumber mata pencaharian. Bila dulu orang tinggal ambil cacing ditanah sekarang orang harus membeli cacing dari orang yang berprofesi beternak cacing . 
 Zaman makin modern , spesialisasi keahlian makin bertambah maka mata pencaharian juga terus bertambah seiring kebutuhan masyarakat modern. 5. System ilmu pengetahuan Pengetahuan manusia terus bertambah dari pengetahuan membuat kapak batu, membuat api dari menggesekkan batu hingga ke penggunaan teknologi nuklir untuk berbagai keperluan. 
 Peradaban manusia yang kian maju membuat manusia makin terdidik. Manusia yang terdidik makin berfikir bagaimana membuat hidup lebih mudah dan teknologi apa yang menjadi pembantu pemenuhan kebutuhan hidup manusia. 
6. System kesenian Kebutuhan jiwa manusia akan rasa keindahan, kenyamanan mendengarkan music yang menentramkan hati telah membuat menusia berkreasi membuat alat musiknya, tetapi juga menciptakan berbagai jenis music dan cara menyanyikan atau cara mengekpresikan rasa seninya. Karena itu, setiap suku akan memiliki system kesenian, betapapun sederhananya alat music yang mereka perlihatkan , perdengarkan. 
7. System peralatan dan perlengkapan hidup ( teknologi ). Cita-cita manusia sangat tinggi. Keinginan manusia sangat banyak. Satu terpenuhi muncul kebutuhan lainnya, sehingga diciptakanlah peralatan yang memudahkan mereka memneuhi semua kebutuhan hidupnya, maka terciptalah teknologi buatan manusia. 
Namun, ketidakpuasan terhadap teknologi yang mereka ciptakan membuat mereka berusaha membuat yang lebih canggih lagi, lebih canggih lagi. Kondisi ini memungkinkan teknologi hadir terus menerus dengan kian canggih dan kian rumit atau kian mudah untuk digunakan. 

Sumber Pustaka : 
1. Idianto Muin. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013 
2. Suhardi dkk. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,Depdiknas,2009 
3. Drs. Taufiqurrohman Dhohiri dkk. Sosiologi, suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2007

2015/10/08

Ciri-Ciri Norma Sosial

Pengalaman hidup dan kemampuan berfikir manusia sejak zaman purba hingga kini membuat manusia sadar perlu adanya nilai dan norma dalam kehidupan sosial untuk menjamin keteraturan sosial dan ketentraman sosial.  Keteraturan dan ketentraman sosial menjadi dasar terbentuknya kemakmuran sosial. Karena itu, berbagai suku di Indonesia dan dunia memiliki system nilai dan norma, yang bisa berbeda satu dengan lain, tetapi ada nilai dan norma yang universal berlaku disemua suku bangsa.

Norma sosial adalah patokan berperilaku di masyarakat.  Patokan ini menjadi criteria perilaku yang diharapkan dilakukan oleh anggota masyarakat dari suatu masyarakat.   Berperilaku sesuai yang diharapkan akan menempatkan seseorang untuk dipuji dan diterima didalam kelompoknya.
Patokan perilaku ini juga menjadi dasar untuk menilai sesuai atau tidaknya perilaku seseorang, seberapa besar tingkat kesalahannya terhadap norma yang berlaku dan seberapa besar bentuk hukuman yang diberikan oleh masyarakatnya terhadap pelanggar. Norma sosial menjadi dasar untuk pengawasan dari anggota masyarakat ke anggota masyarakat yang lain.

Dalam konteks diatas terdapat beberapa Ciri-ciri norma sosial :

2015/10/07

Organisasi sosial

Masyarakat memiliki keinginan bersama.  Untuk mewujudkan keinginan bersamanya, masyarakat mengadakan rapat atau musyawarah.  Melalui musyawarah disepakati dibentuknya kepanitian dan organisasinya, dipilih orang-orang yang duduk dalam kepanitian.  Siapa menjadi ketua, wakil ketua, sekretaris dan seterusnya.  Terbentuklah organisasi sosial.
Secara definisi, organisasi sosial adalah proses pembentukan kelompok dan pengembangan pola-pola asosiasi serta pola perilaku. Pola perilaku terlihat dari adanya pembagian tugas.  Ketua misalnya menentukan visi, misi, arah, strategi manajemen, budaya kerja dari organisasi yang dipimpinnya.
Syarat terjadinya kelompok :
1. Keinginan bekerjasama dengan orang lain
2. Keinginan bersatu dengan lingkungan
3. Memiliki tujuan yang sama
4. Memiliki kepentingan yang sama

Sumber Pustaka :
1.       Idianto Muin. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013
2.       Suhardi dkk. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,Depdiknas,2009

3.       Drs. Taufiqurrohman Dhohiri dkk. Sosiologi, suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2007

Sifat dari Bentuk struktur Sosial

Struktur sosial adalah organisasi yang mengatur distribusi kekuasaan, wewenang, peran , tanggung jawab serta pola hubungannya yang ada dimasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.  Struktur sosial masyarakat terbentuk sesuai kebutuhan masyarakat dan kemajuan tingkat masyarakat tersebut.  Karena itu antar masyarakat kerap berbeda bentuk struktur sosialnya.
Struktur sosial suatu masyarakat  yang maju ditandai dengan kompleksitas distribusi kekuasaan, kompleksitas wewenang, peran, tanggungjawab.  Hubungan sosial , system komunikasi, standar bahasa, dialek dll terbentuk sesuai timgkat kompleksitas kebudayaan masyarakat tersebut.  Sebaliknya, pada masyarakat miskin, distribusi kekuasaan sederhana, melibatkan sedikit orang, wewenang  banyak tetapi tidak rumit, peran dan tanggungjawab ditanggung bersama.
Dilihat dari sifatnya, struktur sosial dibagi kedalam :

2015/10/05

Pengaruh struktur sosial dimasyarakat



Struktur sosial masyarakat dapat dilihat secara horizontal maupun secara vertical.  Secara Horizontal, didalam masyarakat terdapat kesatuan sosial yang didasarkan  perbedaan atas dasar suku, ras, agama,  bahasa dan adat istiadat.  Secara vertical, dimasyarakat terdapat perbedaan berdasarkan  lapisan-lapisan, dan tiap lapisan memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga menjadi ciri khas masing-masing lapisan.
Dari adanya defferensiasi dan stratifikasi sosial dimasyarakat membawa pengaruh besar bagi masyarakat tersebut.  Pengaruh tersebut bisa positif bagi masyarakat tetapi juga berdampak negative bagi masyarakat. Pengaruh differensiasi sosial diantaranya :
1.       Primordialisme.
Primordialisme adalah kesetiaan terhadap hal-hal yang telah disosialisasikan atau  dibawa sejak lahir. Dari nilai, norma, faham, kebiasaan, keterampilan yang dimilikinya sejak kecil  maka ketika bergaul ia sulit melupakan apa yang ia dapat dari apa yang telah disosialisasikan oleh keluarganya, masyarakat atau suku bangsanya. Berbagai hal yang telah dimilikinya membuat nya menilai sesuatu yang datang dari luar dengan sudut pandang dari apa yang telah ada dalam dirinya. Ia menilai orang lain dengan nilai dan norma dan kebudayaan yang telah dimilikinya.  Sehingga, kadang berlebihan menjadi menganggap budayanya lebih tinggi dari budaya orang lain. Contoh Ketika harus memilih dua orang calon Kepala Desa, maka ia akan melihat mana dari dua calon itu yang masih memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat dengan dirinya.  Masih saudaranya atau bukan, bila saudaranya akan dipilih, tetapi bila bukan saudaranya tak akan dipilihnya.

2015/10/02

Ciri-ciri struktur Sosial dan budaya Masyarakat

Ciri-ciri struktur sosial dan budaya masyarakat sederhana adalah :
1.       Rasa kekeluargaannya sangat kuat.  Dalam melaksanakan suatu kegiatan peran keluarga dan tetangga sangat besar sekali.  Mereka membantu tanpa imbalan uang. Mereka ikhlas untuk kepentingan saudara.
2.       Antar  anggota  Masyarakat memiliki hubungan kekerabatan.  Hubungan-hubungan yang dibangun melalui perkawinan membuat mereka saling terikat persaudaraan dan kekerabatan.
3.       Organisasi  sosial dibangun berdasarkan tradisi turun temurun.  Elit keluarga tak tergantikan untuk menduduki jabatan puncak. Jabatan-jabatan lain dibagikan kesegenap anggota keluarga lain.  Aturan main berdasarkan adat tradisi yang sudah mengakar.
4.       Kepercayaan  terhadap hal – hal gaib sangat kuat.  Pendidikan yang kurang bahkan tidak terdidik, membuat daya nalar tak berkembang maksimal.  Mereka tak memiliki daya berfikir kritis yang konstan.  Mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah.  Menyelesaikan masalah dengan meminta kekuatan gaib dianggap sebagai cara dan jawaban yang memuaskan mereka.
5.       Hukum yang berlaku adalah hokum yang tidak tertulis.  Mereka hanya mengenal adat istiadat. Dalam adat tidak ada aturan-aturan hokum yang tertulis dan ditaati bersama.  Mereka hanya mengandalkan daya ingat para tetua suku.  Apa yang dikatakan tetua suku dianggap sebagai jawaban mereka dan mereka akan mentaati.
6.       Ekonominya bersifat subsistem atau hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. Mereka bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.  Kelebihan tidak ditabungka n.  Kelebihan disimpan untuk bekal dimasa sulit.
7.       Kegiatan sosial didasarkan system gotong royong.  Hidup bersama secara akrab dalam keseharian mereka membuat selalu berusaha mengerjakan sesuatu secara bersama.  Ringan sama dijinjing berat sama dipikul.  Gotong royong adalah cara paling efisien dan efektif.

Ciri-ciri struktur sosial dan budaya masyarakat madya, adalah :
1.       Ikatan kekeluargaan masih kuat, tetapi hubungan dengan masyarakat bukan keluarga mulai jauh.  Acara hajat sunatan atau perkawinan dijadikan ajang berkumpul bagi keluarga yang tinggal berjauhan.
2.       Adat Istiadat dihormati, tetapi, budaya luar sudah masuk.  Ajaran adat sebagian masih dilakanakan secara normal. Tetapi, pertimbangan-pertimbangan matang dan pengaruh luar mulai mengurangi peran adat dalam menentukan keputusan.
3.       Sudah berfikir rasional, tetapi, ketika akalnya tak mampu memecahkan masalah mereka lari kepada hal – hal gaib.
4.       Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan formal yang ditandai banyaknya sekolah dan perguruan tinggi
5.       Mulai mentaati hokum tertulis walau masih menggunakan hokum tidak tertulis
6.       Gotong royong hanya berlaku dilingkungan keluarga, ekonomi uang untuk yang bukan keluarga
7.       Generasi muda mulai terdidik berbeda dengan generasi tua yang tidak mengenyam pendidikan.

Ciri-ciri strukstur sosial dan budaya masyarakat modern, adalah :
1.       Hubungan sosial bersifat pribadi
2.       Hubungan dengan masyarakat lain terbuka dan saling mempengaruhi
3.       Percaya kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
4.       Pekerjaan didasarkan kompetensi
5.       Pendidikan formal masyarakat tinggi
6.       Hukum yang belaku adalah hokum tertulis

7.       Sistem ekonomi yang dikembangkan adalah system ekonomi pasar

Sumber Pustaka :
1.       Idianto Muin. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013
2.       Suhardi dkk. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,Depdiknas,2009

3.       Drs. Taufiqurrohman Dhohiri dkk. Sosiologi, suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudhistira, 2007

Dampak Covid 19 dibidang pendidikan